Selasa, 04 Desember 2018

DIA YANG BERSAMA DALAM KEGELAPAN


DIA YANG BERSAMA DALAM KEGELAPAN

Kala itu… 20 September 2012,
S
uara gelombang ombak di malam hari, meneduhkan jiwa yang sedang di mabuk hati. Gelap, tanpa cahaya, sunyi tanpa polusi suara. Hanya ada kegelapan dan sang ombak malam. Banyaknya pengunjung, banyaknya orang yang berada di pesisir pantai tak membuat suasana malam menjadi riang dan gemilang. Mereka juga sama, sama-sama terlelap dalam tenangnya ombak malam. Aku dan dia, di bawah pepohonan yang jarang daunnya, yang banyak rantingnya, disanalah kami menikmati tenangnya malam. Berjarak jauh di antara yang lain, sembari membuat sedikit percakapan.
***
Dia, Dwiki Pangestu. Seorang laki-laki yang sudah menamaniku dalam merangkai indahnya percintaan selama tiga tahun terakhir ini. Dia yang setia membawaku ke dalam beragam suasana tenang dan meneduhkan. Disanalah kami memulai sedikit percakapan tentang impian di masa depan. Gelap, hanya ditemani oleh lentera yang samar-samar kami menghabiskan waktu berdua untuk mengisi waktu bersama. Memandang langit penuh bintang, menikmati desir ombak di tengah malam dan memulai percakapan tentang hubungan mendatang. Sang kala waktu sepertinya sudah berteman baik dengan dia, Dwiki sang lelaki pujaanku. Sang waktu seakan selalu setuju dengan segala sesuatu yang akan dilakukannya di suatu waktu. Sama seperti yang ia lakukan kala itu, bersamaku Anjani Cahya Purnama.
***
Dwiki, dengan tatapan penuh makna mendekap tanganku dengan erat, mengajakku berdiri dan berjalan menyusuri pesisir pantai di malam itu. Aku tak mengerti apa yang tujuan dari perjalanan malam di pesisir saat itu. Hingga beberapa menit kemudian, langkah kami terhenti, terhenti oleh pemandangan malam yang tak kalah indah dengan memandani langit malam. Mereka adalah kunang-kunang. Entah Dwiki adalah sosok yang kreatif atau aku yang terlalu mudah terbawa suasana hmm, tertawa dan bernyanyi bersama kunang-kunang saja membuatku sangat bahagia kala itu. Dan aku semakin yakin, sang waktu telah menyusun rencana dengan baik bersama Dwiki. Kami mendekat ke arah kunang-kunang. Menggenggam erat tanganku sembari mengajakku bernyanyi, membuat malam yang gelap saat ini terasa sungguh gemerlap penuh cahaya. 

“Buu…sumpah deh ini indah banget. Kamu itu selalu tahu yaa gimana buat aku senyum-senyum berlebihan haha”, sahut Anjani pada Dwiki.
“Iya dong Bii, aku kan udah berteman sama sang waktu, jadi kemanapun kamu pergi sama aku pasti deh selalu jadi momen yang spesial hehe”, jawab Dwiki sembari tertawa kecil kepada Anjani.
Dan tiba-tiba…..
“Biii, I wanna be more than friends, I wanna be more than friends, I wanna tell everyone you’re taken and take your hand until the end,  I wanna be more than friends……..”, nyanyian Dwiki pada Anjani sembari mengajaknya menari ala-ala di tengah malam bersama kunang-kunang.
Tak kuasa menahan rasa bahagianya, merekapun bernyanyi bersama, menari dan menikmati dinginnya malam bersama. Tak peduli dinginnya malam, gelapnya hari dan derasnya desir ombak, mereka terus bernyanyi dan terus memandang satu sama lain.
***
Tak lama kemudian, rasa lelahpun hadir dan merekapun kembali duduk di bawah pepopohan di dekat sana. “Makasii yaa Buu, malam ini keren, walalupun gak banyak makanan dan minuman tapi bernyanyi, menari dan bersama sampe bisa buat rasa laper aku hilang hahahaha suerrr”, sahut Anjani tiba-tiba kepada Dwiki. Dwiki pun tertawa sejenak sambil mengelus lembut kepala pujaan hatinya itu. “Biiii, makanan sama minuman sepertinya lebih penting dari apapun di muka bumi ini yaa hahaha. Walalupun kita udah romantisan ala anak sekolahan kayak tadi tetep inget makanan yaa hahahaha”, jawab Dwiki sambil tertawa bersama kekasihnya itu.
***
“Biii, kalo dipikir-pikir kita udah lama juga yaa kenalnya plus romantis-romantisannya hehe. Menurut kamu bii, kita harus berpetualang apa lagi yaa? Hmmm, yang jelas jangan makan yaa, karena makan itu harus bii hahahaha”, kata Dwiki sembari menghela nafas sehabis tertawa.

“Ihhhh…buuu, kok gitu sihh. Untung aja aku sayang sama kami, kalo ngggak udah aku buang ke laut deh kamu hahahaha”.
“Ehhh..aku serius ni, setelah liburan di tempat gelap tapi romantis ini hahaha, kira-kira kita kemana yaa. Setelah penat kerja seminggu full, kita perlu dong liburan bareng biar makin cinta hahaha”, sahut Dwiki. “Buuuu…pliss deh kok kamu jadi gombalan gini sihh. Sekali lagi, untung aja aku sayang sama kamu hehe. Hmmmm kalo dipikir-pikir kayaknya kita pergi ke tempat kayak gini lagi deh buuu tapi jangan ke pantai lagi, ke pegunungan tuh boleh juga. Asalkan jangan lupa bawa bekal yang buaaaanyaakkk hahahaha”, jawab Anjani kepada kekasihnya itu.
“Hahahahaha, ide yang cukup bagus, tapi makan itu harus banget yaa selalu disebut hehe dasarrr”, jawab Dwiki sambil mencubit gemas pipi kekasihnya itu.
***

Dan, begitulah mereka menghabiskan waktu bersama. Malam hari merupakan hal yang tidak menakutkan, malam adalah waktu yang tenang nan sunyi, tempat yang paling nyaman untuk melakukan hal indah bersama pasangan. Bukan hanya pasangan, tetapi bagi semua orang. Dan itulah mereka, Dwiki Pangestu yang selalu setia dan berusaha membuat malam hari kekasihnya Anjani Cahya Purnama menjadi bercahaya dan indah. Berawal dari kegiatan romantis dan berujung pada candaan kecil yang diciptakan bersama, merupakan rangkaian proses percintaan dua sejoli yang harus terekam dalam memori dan biidik kamera. Tak peduli dengan gelapnya malam, semua itu harus terekam, karena dalam gelapnya rekaman itu selalu ada dia yang menciptakan cahaya terang nan bahagia.

HARI KAMIS PAGI


HARI KAMIS PAGI

Dinding ruangan dengan corak warna-warni, dihiasi beragam karya dan lemaran monokrom penuh makna. Spidol, papan tulis, penghapus, meja dan bangku itulah ragam perlengkapan di dalamnya. Lantai berdebu di pagi hari? Sudah biasa. Lantas, mengapa ruangan berlantai abu dengan debu di pagi harinya menyimpan sebuah memori yang tak terlupa? Jawabannya, karena ada cerita tentangku, dia dan mereka. Indah? Tentu saja, tidak perlu di sana.
***
Ruang kelas Biologi merupakan tempat belajarku setiap pagi hari di hari Kamis. Iya, aku Citra. Aku berada di kelas X SMA dan kala itu aku belajar pelajaran biologi, pelajaran yang mungkin tidak sulit-sulit banget tetapi gurunya lumayan lah, gualakk. Iya, entah mengapa kelas Biologi merupakan kelas favoritku untuk melakukan aktvitas belajar. Dekat dengan kantin? Bukan. Ada lubang buaya buat bolos? Iya gaklah, gilak apa ada lubang buayanya haha. Jawabannya adalah karena ada dia. Iya dia, dia sosok yang selalu membuat hari kamis pagi di kelas biologi menjadi indah dan berwarna. Berlebihankah? Hmmm sepertinya tidak. Menjadi seorang remaja, wajar dan pantas saja kalau tertarik dengan lawan jenis bukan. Wajar saja bersemangat untuk melakukan aktivitas jika ada si dia di dekat kita kan. Dan itu juga yang terjadi sama diriku kala itu. Aku duduk di sini dan dia bercanda bersama temannya di seberang kelas biologi.
***
Sedikit cerita, si dia yang aku maksud adalah kakak kelasku. Ruang belajarnya setiap hari kamis pagi selalu bersebelahan dengan ruang kelas biologi, yaitu ruang kelas fisika. Sepertinya biologi dan fisika sudah ditakdirkan bersatu menjadi pelajaran IPA yaa hahaha. Pantas saja aku dan dia juga dipertemukan diantara ruangan pelajaran IPA tersebut. Jadi gini, dia adalah kakak kelasku yang bernama Bagas. Kak Bagas adalah kakak kelas yang gak gaul dan terkenal banget lah cuman ya gitu hahaha cukup menarik perhatian. Dia orangnya cukup cuek, tapi jika sudah kumpul sama teman-temannya, hilang sudah sikap cuek dari jiwa raganya hehe.

Sampai suatu ketika……
Hari itu, sebelum jam pelajaran dimulai aku pergi ke koperasi sekolah untuk membeli buku tulis. Dan tiba-tiba pak guru memanggil, “Citra”. Lalu dengan sigap aku menoleh dan bertanya, “Iya pak ada apa?”. “Begini Citra, tolong antarkan tugas ini ke ruang Fisika yaa karena ada siswa yang lupa membawa tugasnya ini”, kata pak Guru tersebut. Tanpa berpikir, Citra langsung menjawab dan pergi meninggalkan pak Guru, “Iya Pak. Siap laksanakan”. Di tengah perjalanan yang tak terduga tersebut, Citra terhenti dan berfikir. “Hmmmmm ruang Fisika. Ruang Kak Bagas”, dalam pikiran Citra sambil menorehkan senyuman yang beraturan.
***
Sesampainya di ruang kelas Fisika……
“Permisi”, sahut Citra. Laluuuuuuu, entah apa yang membuat itu terjadi, sosok kak Bagaslah yang menghampiri Citra. Lalu ia menjawab, “Iya dek, ada apa? Ada yang bisa dibantu?”. Sejenak Citra tak bisa berkata-kata, rasanya detak jantungnya berhenti sepersekian detik huaaaa, sungguh mendebarkan. Dan secara cepat Citra pun sadar dan menjawab, “Ini hmmm, ini kak aku disuruh anterin tugas sama pak guru ke ruang fisika. Ini tugasnya kak”. Sambil melihat-lihat tugas yang diberikan Citra, Bagaspun berkata, “Wahhhhhh…dekk, ini tugas kakak hehehe. Makasi yaa dek udah dianterin”. Dannnn tentu saja jawaban itu membuat jiwa raga Citra seakan terbawa oleh angin ke langit bidadari, sungguh suasana yang indah menurutnya dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sekali lagi, Citra pun sesegera mungkin tersadar dan membalas ucapan Bagas, “Iya kak Bagas sama-sama. Permisi dulu ya kak hehe”. Akhirnya Citra pergi dari ruang fisika ke ruang biologi dan diakhiri dengan senyuman manis dari kak Bagas.
***
Sejak saat itu, hari kamis pagi adalah hari yang selalu dinanti oleh anak gadis bernama Citra. Sebab, pada hari itulah ruang kelas biologi yang digunakan oleh Citra bersebelahan dengan ruang fisika yang digunakan oleh Bagas. Dan di hari itulah, Citra gadis dibalik ruang biologi yang selalu menanti senyuman sosok kak Bagas di ruang kelas fisika.
***
HARI KAMIS PAGI, Tak peduli hujan datang, tak peduli PR dan ulangan menanti. Melihat senyumnya di balik ruang kelas di pagi ini selalu membuat hariku menjadi indah hingga akhir. Aku suka Hari Kamis Pagi.



Selasa, 16 Agustus 2016

TETES AIR MATA

" TETES AIR MATA "

          Hidup di dunia ini penuh dengan suka dan duka, tiada kata bahagia saja atau kata sedih saja dalam hidup ini. Semua orang pernah merasakan kedua hal tersebut tak terkecuali mereka yang dinilai berkuasa atau mereka yang mampu melakukan semua hal. Kesedihan adalah hal yang tak pernah diinginkan semua orang, terlebih lagi kesedihan yang menyiksa. Semua orang ingin hidupnya selalu bahagia. Tapi, di kehidupan ini mereka akan merasakan yang namanya kesedihan. Kesedihan membawa kita pada tangisan dan penderitaan, bercucuran air mata karena menangisi suatu hal yang tak tercapai dalam hidup ini. Tetesan air mata sering kali diartikan kesedihan akan suatu penderitaan atau kesalahan saja, tapi ada arti lain dibalik kesedihan itu. Kesedihan yang bermakna kasih sayang ataupun suatu rasa bangga kita pada seseorang.
          Kesedihan yang bermacam-macam itu dialami oleh seorang gadis kecil bernama Bulan Purnama, atau yang akrab disapa Bulan. Ia adalah gadis kecil yang sedang duduk di bangku kelas 3 SD, hidup serba berkecukupan tak membuat hidupnya selalu bahagia. Seorang anak tunggal dalam sebuah keluarga yang bisa dibilang cukup ternyata ia menyimpan suatu kesedihan. Pagi itu bel masuk kelas pun berbunyi dan itu tanda bahwa semua siswa akan memulai pelajaran, begitupun dengan Bulan. Ia dengan tas merah jambu lengkap dengan semua perlengkapan sekolah masuk ke dalam kelas dengan wajah biasanya, datar dan kurang gembira. Sewaktu masih taman kanak-kanak, Bulan terkenal dengan kesehariannya yang riang dan gembira serta selalu aktif dalam kelas. Namun, belakangan setelah memasuki bangku sekolah dasar, ia mulai menjadi gadis kecil yang pendiam dan diliputi oleh kemurungan.
http://daunbuah.com/gambar-kartun-cewek-menangis-karena-sedih-dan-kecewa/
          Sikap pendiam dan pemurungnya itu menambah kesedihan dalam hidup masa kecilnya, tak banyak kawan yang mendekati, bermain atau sekedar berbincang kepadanya. Walaupun hidup dengan berbagai fasilitas tak membuat ia juga memiliki banyak teman. Mungkin, teman-temannya merasa aneh dan canggunng dengan sikapnya tersebut. Terkadang ia pergi ke atas atap sekolah untuk menyidiri, atap sekolah bagi Bulan adalah tempat yang paling baik untuk dia melampiasakan segala kekesalan dan kesedihan yang ia rasakan. Di tempat inilah ia melepas kesedihan dan amarah, air mata, emosi dan semuanya ia lampiasakan di atap ini. Bulan memang memiliki sedikit masalah di keluarganya. Hidup berkecukupan tak cukup baginya, orang tuanya yang bercerai semenjak ia memasuki kelas 3 bangku sekolah dasar membuat hidupnya menjadi tak karuan. Hidupnya yang dulu selalu dihangati oleh kasih sayang ayah dan ibunya. Kini, ia hanya tinggal dengan seorang ayahnya saja.
          Emosi yang diluapkan kedua orang tuanya saat bertengkar membuat hidup Bulan yang dulu riang dan gembira menjadi pemurung dan tak bersahaja. Hari demi hari, bulan demi bulan terlewati dan tanda-tanda keceriaan pada mata Bulan tak terlihat sedikitpun. Tangisan dan air mata adalah aktivitas yang merupakan rutinitas. Rindu pada sosok ibu adalah impiannya selama ini. Ayah yang hidup sendirian membuat sikap ayahnya tak seperti dulu, emosi sering diturahkan sang ayah kepadanya, mungkin salah satu sebabnya beban pikiran yang bertambah. Masalah masa lalu antara sang ayah dan ibunya membuat sang ayah melarang Bulan bertemu dengan ibundanya. Tak tahu harus berpangku pada siapa, tak tahu harus bercerita dan meminta saran dari siapa membuat Bulan melampiaskan semuanya pada tangisan dan air mata. Entah sudah berapa tetes air mata yang ia keluarkan, satu keinginannya saat ini ia ingin bertemu sang ibu, ingin berpangku, bercerita dan mengadu akan kisah sedih yang ia alami selama ini.
          Beruntung saja ada sosok ibu guru yang peka pada sikap tak wajar dari salah satu anak muridnya, Bulan. Ibu Dian adalah wali kelas Bulan di sekolah, melihat gerak-gerik dan sikap Bulan yang tak wajar membuat ibu Dian mencari tahu alasan mengapa anak muridnya bersikap demikian. Akhirnya setelah ditelusuri lebih lanjut, ibu Dian mulai mencari cara mengatasi masalah anak muridnya itu. Ibu Dian pun mulai mendekati Bulan, ia memberikan motivasi dan sering memancing pertanyaan yang bisa membuatnya bercerita tentang masalahnya selama ini. Sedikit demi sedikit mulai terungkap bahwa kesedihan dan kemurungan yang dialami Bulan selama ini karena ia rindu pada sosok ibunya, ia juga ingin mendapatkan kebahagiaan dalam sebuah keluarga dan ia ingin mencurahkan semua perasaannya selama ini pada seseorang yang mengerti dia. 
        
http://www.sigambar.com/2015/06/kumpulan-gambar-shizuka-minamoto-film.html
        Waktu pun berganti tahun, hidup Bulan pun sedikit berubah. Masa lalunya yang murung dan tak bahagia sekarang sudah sedikit ceria dan bahagia. Punya kenangan yang buruk di masa lalu membuat ia punya banyak pengalaman dan motivasi dalam dirinya, ia maju menjadi penulis cerita dan sang motivator untuk adik-adik kecil di sekitar tempat tinggalnya. Hidupnya sudah mulai berubah sekarang, jika dilihat lebih lanjut mungkin rasa bahagianya saat ini belum seutuhnya kembali. Bertemu dengan ibunda tercintanya, berpelukan dan berbagi cerita adalah kebahagiaan yang diimpikan satu lagi.
          Hari itu mungkin adalah hari yang cerah, hari itu adalah hari yang pendek untuk bersekolah. Tepat di depan gerbang sekolah Bulan berlari sangat bersemangat untuk pulang dan melanjutnya hobi barunya yaitu menulis cerita. Seketika langkah Bulan terhenti, ia terhenti karena sosok wanita paruh baya. Wanita itu tersenyum pada Bulan, ia pun membalas senyuman itu akan tetapi ia sedikit bingung mengapa wanita tersebut tiba-tiba tersenyum pada Bulan. Tapi, memori indah pada masa lalu Bulan mengingatkannya bahwa wanita paruh baya itu adalah ibunya, Sosok ibu yang ia ingin temui selama ini, yang ingin ia peluk, yang ia ingin ceritakan berbagai hal. Tetes demi tetes air mata keluar dari bola matanya yang indah. Mungkin itulah tetes air mata yang diinginkan Bulan, tetes air mata untuk kebahagiaan bertemu sosok yang membuat air mata itu tidak bermakna kesedihan lagi.
https://koecing.wordpress.com/2010/11/
          Dari perjalanan dan pengalamannya selama ini, Bulan belajar dan menyesal mengapa ia menjadi sosok aneh yang tak punya teman di masa kecilnya. Di masa-masa itu ia harusnya riang gembira bermain, belajar dan bertemu banyak teman. Tapi, yang dilakukannya salah, ia hanya menyendiri, termenung dan menangis. Setelah dipikir, hidupnya harusnya dipenuhi semangat karena dengan semangat dan keceriaan tetes air mata yang keluar tak akan sia-sia, ia akan menjadi tetesan air makna yang berharga, walau terkadang untuk melakukan hal itu sedikit sulit tapi yakinlah kalian bisa melakukannya. Sekian dari kisah Bulan.....


          

 

DIA YANG BERSAMA DALAM KEGELAPAN

DIA YANG BERSAMA DALAM KEGELAPAN Kala itu… 20 September 2012, S uara gelombang ombak di malam hari, meneduhkan jiwa ...