“
Budaya Berani Dalam Lingkungan Anak Muda “
Di
dunia zaman ini ternyata masih banyak anak-anak bahkan sampai orang dewasa pun
masih mempunyai kata “malu” dalam pikirannya untuk menanyakan sesuatu yang
belum mereka ketahui. Dalam kehidupan yang semakin modern ini jika sifat dan
perilaku itu terus dipertahankan maka akan lebih banyak sesuatu yang tidak
mereka ketahui hari demi hari. Slogan malu bertanya sesat dijalan rasanya
sangat sesuai dengan kenyataan yang telah ada. Sangat banyak orang yang
menyesal saat mereka tidak bertanya sesuatu yang mereka tidak ketahui.
Jika
kita lihat di lapangan, contohnya saja di sekolah-sekolah, sangat banyak anak
murid yang jika ditanya oleh gurunya “ Sudah mengerti semuanya, anak-anak jika
belum ada yang ingin bertanya ?”saat gurunya bertanya seperti itu pasti banyak
anak muridnya yang hanya diam dan berkata sudah mengerti, padahal mereka
sebenarnya belum mengerti dengan semua materi yang disampaikan oleh gurunya.
Dan karena itulah akhirnya saat ujian tiba mereka tidak bisa menjawab ujiannya
dengan benar. Untuk itu sosialisasi mengenai budaya berani bertanya perlu
diadakan di sekolah-sekolah agar mereka termotivasi untuk lebih berani dalam
bertanya apapun itu sehingga mereka akan mendapat tambahan ilmu dan tentunya
dapat membuat mereka bisa menghasilkan sesuatu yang baru dan tentunya
membanggakan.
Sosialisasi
mengenai budaya berani menurut saya bisa dilakukan dengan sistem mikro terlebih
dahulu yaitu berawal dari bapak/ibu guru yang memberikan motivasi serta saran
kepada murid-muridnya untuk lebih berani bertanya serta mengekpresikan dirinya,
hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan setiap siswa di kelas itu untuk
mengemukakan pendapat mereka tentang bagaimana guru mereka saat mengajar di
kelas. Pertanyaan seperti itu pasti tidak terlalu sulit untuk dijawab oleh
siswa tapi untuk mengemukakannyalah yang sedikit susah. Untuk itu kita bisa
meminta satu persatu siswa kita untuk memberikan pendapatnya tentang bagaimana
gurunya saat mengajar apakah baik atau buruk. Pertanyaan tersebut bisa dijawab
mungkin dari siswa yang lebih hiperaktif dulu setelah itu kita bisa menunjuk
salah satu siswa lain untuk menjawab, kita sebagai guru bisa berkata “
Selanjutnya, ayo coba Riski yang memberi pendapat gimana cara ibu mengajar baik
atau tidak “, dengan nada yang lembut dan cukup sederhana saya yakin anak murid
tersebut akan memulai mengemukakan pendapantya sedikit demi sedikit. Karena
jika nada yang kita gunakan agak lebih keras lalu dengan pertanyaan yang berat
serta membingungkan apalagi untuk siswa tingkat SD akan membuat mereka tambah
tidak berani lagi untuk mengemukakan pendapatnya.
Itu
pendekatan melalui sistem mikro yang saya contohkan di lingkungan kelas-kelas
kecil. Lalu untuk sistem makro, bisa dilakukan oleh pemerintah melalui menteri
pendidikan atau lembaga pendidikan, mereka bisa mengadakan sosialisasi untuk
tingkat SD, SMP, SMA secara berkala di setiap daerah sekolah di Indonesia ini.
Dan bisa pula dirangkaikan dengan pelatihan atau lomba-lomba yang dapat memacu
keberanian siswa-siswi kita untuk mengekpresikan diri mereka.
Itu
adalah beberapa cara yang ada di bayangan saya. Dan hasil dari sosialisasi yang
dirangkaikan dengan pelatihan dan lomba-lomba tersebut dapat membuat siswa yang
dulunya tidak terlalu giat untuk bertanya kini bisa sedikit demi sedikit
menghilangkan rasa malu mereka dalam bertanya sesuatu. Dan disini saya akan
menceritakan pengalaman saya mengenai apa pentingnya bertanya sesuai dengan
bayangan yang saya pikirkan, sebagai seorang mahasiswa kita dituntut untuk
menjadi lebih mandiri tentunya, bukan hanya mandiri dalam hal belajar dan
memahami konsep mata kuliah tapi keaktifan dalam perkuliahan sangat dibutuhkan.
Dan hal tersebut saya rasakan sendiri, disaat saya tidak mengerti tentang suatu
materi kuliah maka akan berujung pada kepusingan saya sendiri dan sebagai
mahasiswa biasa pasti ada kalanya saya tidak mampu paham pada suatu materi
kuliah, dan disini budaya berani bertanya sangat dibutuhkan dan perlu karena
saat saya tidak bisa itu saya bertanya kepada kawan saya yang lebih bisa, dan
hal tersebut tentu tidak salah. Setelah bertanya , sharing maka saya mulai
memahami dan mengerti mengenai materi kuliah yang tidak saya mengerti tadi. Dan
itu sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang saya miliki. Dan itu baru
satu alasan mengapa saya mengatakan budaya berani itu diperlukan.
Kemudian,
berdasarkan pengalaman saya sewaktu menjadi siswa keaktifan saya dalam bertanya
atau mengemukakan pendapat sangat minimum. Dan hal tersebut membuat saya
tentunya agak sedikit bermasalah saat berdikusi pada saat kuliah sekarang ini,
saat waktu diskusi presentasi saya sering bingung ingin bicara apa, padahal
dalam pikiran saya ada banyak hal yang ingin saya ungkapkan namun untuk
mengungkapkannya itu saya sering mengalami kesulitan. Dan dari hal tersebut
saya merasa kemampuan berani itu perlu, dalam artian berani mengeluarkan
pendapat yang kita miliki. Dan sampai sekarang saya masih terus belajar dan
belajar untuk mengembangkan kemampuan berbicara saya. Jadi, disaat kita belum
mampu melakukan sesuatu dengan maksimal maka kita tidak boleh menyerah untuk
terus belajar dan mencoba.
Jadi,
untuk kalian anak muda Indonesia termasuk saya ayo kita bersama-sama giat dan
semangat dalam mengembangkan budaya berani yang kita miliki, karena berawal
dari keberanian tersebut akan muncul rasa ingin tahu kita akan sesuatu dank
arena itulah kita akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang baru dalam diri
kita yang tentunya akan menjadikan kita menjadi orang yang lebih cerdas lagi. Sehingga,
slogan malu bertanya sesat di jalan tidak berlaku lagi dalam kamus hidup kita.
Dan slogan mau bertanya nggak sesat di jalan yang harus kita kedepankan
selanjutnya.
Jadi,
itu sedikit cara yang bisa saya berikan untuk menumbuhkan budaya berani yang
lebih baik lagi di kalangan anak muda kita khususnya pada jenjang sekolah. Sedikit
semangat untuk kita semua jadilah orang yang berani karena dari keberanian
itulah kita akan menjadi orang yang mumpuni.